Sumber: TheIndependent.co.uk | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
Tokyo membalas dengan menyebut klaim China “sepenuhnya tidak dapat diterima” dan menegaskan komitmen Jepang pada perdamaian.
Di sela-sela KTT G20 di Afrika Selatan, Takaichi dan PM China Li Qiang berada di tempat yang sama namun tidak saling bicara. Setelah acara, Takaichi menyatakan Jepang tetap terbuka untuk berdialog, namun tetap harus tegas dalam menyampaikan keberatan bila diperlukan.
Pulau Yonaguni sendiri berada di ujung Kepulauan Ryukyu — wilayah yang dahulu menjadi pusat perdagangan Jepang, China, dan Asia Tenggara sebelum Jepang mengambil alih pada 1879. Pada 2022, sebuah rudal China jatuh di perairan dekat Yonaguni ketika Beijing menggelar latihan militer setelah kunjungan Nancy Pelosi ke Taiwan.
Situasi ini membuat warga setempat khawatir daerah mereka bisa menjadi medan konflik bila perang meletus di Selat Taiwan. Ketika ditanya soal potensi risiko itu, Koizumi menghindari jawaban langsung dan menyatakan tidak ingin berspekulasi soal skenario terburuk.
Tonton: China Ketar-Ketir Jepang Pasang Sistem Rudal di Dekat Taiwan
Kesimpulan
Rencana Jepang menempatkan rudal di Yonaguni memperdalam ketegangan dengan China, terutama setelah Perdana Menteri Takaichi membuka kemungkinan intervensi militer jika Taiwan diserang. Beijing menilai langkah itu sebagai ancaman serius dan pelanggaran hukum internasional, sementara Tokyo menganggapnya sebagai upaya mempertahankan diri di tengah situasi keamanan yang semakin rumit. Dengan posisi geografis yang sangat dekat dengan Taiwan, langkah ini menjadikan Yonaguni bukan hanya simbol perlindungan, tetapi juga titik paling rawan jika konflik benar-benar pecah di kawasan Asia Timur.













