kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.908.000   -6.000   -0,31%
  • USD/IDR 16.313   10,00   0,06%
  • IDX 7.192   51,54   0,72%
  • KOMPAS100 1.027   0,61   0,06%
  • LQ45 779   -0,14   -0,02%
  • ISSI 237   2,91   1,24%
  • IDX30 402   -0,27   -0,07%
  • IDXHIDIV20 464   1,04   0,22%
  • IDX80 116   0,22   0,19%
  • IDXV30 118   1,12   0,95%
  • IDXQ30 128   -0,16   -0,12%

Indonesia Pertimbangkan Jet Tempur J-10 Bekas China dan Negosiasi Su-35 Rusia


Kamis, 29 Mei 2025 / 15:00 WIB
Indonesia Pertimbangkan Jet Tempur J-10 Bekas China dan Negosiasi Su-35 Rusia
ILUSTRASI. Pesawat Tempur J-10 FOTO: Chengdu Aircraft Corporation


Reporter: Syamsul Ashar | Editor: Syamsul Azhar

Dengan melibatkan Rusia, Prancis, Korea Selatan, Turki, dan kini berpotensi China, Indonesia berupaya mempertahankan otonomi strategis sembari menghadapi tekanan dari negara-negara besar seperti Amerika Serikat dan China.

Potensi akuisisi 42 jet tempur J-10 bekas merupakan perubahan signifikan dari fokus Indonesia baru-baru ini pada platform Barat dan Rusia. Beberapa faktor dapat menjelaskan pergeseran ini, meskipun kurangnya konfirmasi resmi memerlukan pendekatan yang hati-hati. Biaya kemungkinan menjadi pendorong utama.

J-10 bekas, yang mungkin bersumber dari Angkatan Udara Tentara Pembebasan Rakyat China [PLAAF], dapat diperoleh dengan biaya yang jauh lebih murah daripada Rafale baru atau bahkan Su-35. 

Meskipun harga pastinya masih dirahasiakan, sebuah laporan tahun 2022 di Aero-bg.com mencatat bahwa akuisisi Pakistan terhadap 25 jet tempur J-10C diperkirakan mencapai $1,3 miliar, yang menunjukkan biaya per unit sekitar $50 juta untuk pesawat baru.

Baca Juga: Sebelum Sempat Luncurkan Rudal, Rusia Tembak Jatuh Jet Tempur F-16

J-10 bekas bisa jauh lebih murah, berpotensi dalam kisaran $20-30 juta per unit, menjadikannya pilihan yang menarik bagi Indonesia yang sadar anggaran.

Secara strategis, J-10 dapat menarik minat Indonesia karena kompatibilitasnya dengan kerangka operasional TNI-AU yang ada. J-10 dirancang untuk misi multiperan, yang mampu melakukan pertempuran udara-ke-udara, serangan darat, dan serangan maritim, sejalan dengan kebutuhan Indonesia akan platform serbaguna untuk berpatroli di perbatasan maritimnya yang luas.

Desain mesin tunggalnya menawarkan biaya pengoperasian yang lebih rendah dibandingkan dengan jet tempur bermesin ganda seperti Su-35 atau Rafale, yang merupakan pertimbangan penting bagi negara dengan infrastruktur pemeliharaan terbatas. 

Selain itu, kesediaan China untuk menawarkan persyaratan pembiayaan atau transfer teknologi yang menguntungkan dapat mempermanis kesepakatan tersebut, seperti yang terlihat dalam perjanjian pertahanannya dengan negara lain seperti Pakistan.

Namun, keandalan laporan Alert 5 harus diteliti dengan saksama. Klaim tersebut bergantung pada "sumber yang memahami masalah tersebut," frasa umum dalam pelaporan pertahanan yang dapat mengaburkan kredibilitas informasi tersebut.

Satu kemungkinan adalah bahwa laporan tersebut mencerminkan upaya China untuk mempromosikan J-10 di pasar global. China telah memasarkan produk pertahanannya secara agresif dalam beberapa tahun terakhir, dengan J-10 yang mendapatkan daya tarik di negara-negara seperti Pakistan.




TERBARU
Kontan Academy
[Intensive Workshop] AI-Driven Financial Analysis Executive Finance Mastery

[X]
×