kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.198.000   7.000   0,32%
  • USD/IDR 16.683   -50,00   -0,30%
  • IDX 8.114   14,99   0,19%
  • KOMPAS100 1.122   -0,53   -0,05%
  • LQ45 803   0,70   0,09%
  • ISSI 282   -0,01   0,00%
  • IDX30 422   0,66   0,16%
  • IDXHIDIV20 479   -0,64   -0,13%
  • IDX80 124   0,57   0,46%
  • IDXV30 134   0,40   0,30%
  • IDXQ30 132   -0,20   -0,15%

Mengejutkan, Bill Gates Prediksi AI Bikin Manusia Kerja Seminggu Cuma 2 Hari di 2035


Senin, 29 September 2025 / 07:00 WIB
Mengejutkan, Bill Gates Prediksi AI Bikin Manusia Kerja Seminggu Cuma 2 Hari di 2035
ILUSTRASI. Bill Gates punya visi berani: pada 2035, kita mungkin hanya perlu bekerja dua hari dalam seminggu. Semua berkat lompatan besar dalam teknologi kecerdasan buatan (AI). ANTARA FOTO/Galih Pradipta


Reporter: Barratut Taqiyyah Rafie | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - Bill Gates punya visi berani: pada 2035, kita mungkin hanya perlu bekerja dua hari dalam seminggu. Semua berkat lompatan besar dalam teknologi kecerdasan buatan (AI). 

Bayangkan sebuah masa depan di mana minggu terasa lebih panjang, stres berkurang, dan mesin pintar menangani sebagian besar pekerjaan berat. 

Tapi, seberapa realistiskah masa depan ini, dan apa artinya bagi pekerjaan, masyarakat, serta kehidupan sehari-hari kita?

Prediksi Bill Gates soal Minggu Kerja yang Lebih Pendek

Mengutip Africaninspace.com, dalam penampilan terbarunya di The Tonight Show with Jimmy Fallon, Gates membagikan pandangan optimistisnya tentang masa depan yang dibentuk oleh inovasi AI. Merujuk pada pengalamannya dengan dunia komputasi—dari era mesin mahal hingga laptop terjangkau—ia membayangkan tren serupa di mana AI menjadi aksesibel dan begitu efektif sehingga kecerdasan itu sendiri tak lagi langka.

Ia mengatakan, “Era yang sedang kita mulai sekarang adalah ketika kecerdasan masih jarang… dengan AI dalam dekade berikutnya, hal itu akan menjadi gratis dan umum.” 

Menurut Gates, hal ini bisa merevolusi profesi seperti kedokteran dan pendidikan dengan menghadirkan nasihat serta bimbingan berkualitas tinggi secara gratis, mengatasi kekurangan dokter dan guru yang terampil.

Baca Juga: Bill Gates Sumbang Rp 15 Triliun untuk Perangi Penyakit Menular

Namun, visi Gates memicu perdebatan. Para pengkritik menilai kekurangan profesional di bidang penting seperti kesehatan dan pendidikan bukan hanya soal jumlah, tetapi terkait erat dengan kurangnya investasi sistemik dan persoalan struktural. Hanya mengandalkan AI tidak serta merta menyelesaikan akar masalah yang membuat bidang tersebut penuh tantangan.

Kekhawatiran lain adalah AI yang belum cukup andal untuk menggantikan banyak pekerjaan manusia, khususnya di bidang kompleks. Misalnya, chatbot AI Google, Gemini, yang kini mendominasi hasil pencarian, kadang masih memberi informasi tidak akurat. 

Alat medis berbasis AI memang sudah lebih baik dalam mendiagnosis kondisi tertentu, tetapi masih rentan bias—sering kali gagal mendeteksi penyakit pada perempuan dan kelompok minoritas. Hal ini berisiko memperburuk ketidaksetaraan kesehatan alih-alih memperbaikinya.

Gates sendiri mengakui kompleksitas ini dengan berkata, “AI membawa begitu banyak perubahan. Seperti apa pekerjaan nantinya? Haruskah kita bekerja dua atau tiga hari dalam seminggu?”

Ia menyebut hal ini sebagai wilayah baru yang sangat menarik sekaligus menakutkan. 

Baca Juga: Bill Gates Ungkap Sejumlah Pekerjaan yang Paling Aman dari Dampak AI

Saat Fallon bertanya apakah manusia masih dibutuhkan, Gates menjawab, “Tidak untuk sebagian besar hal,” menyoroti potensi AI menangani banyak tugas rutin.

Bisakah Hari Kerja Lebih Sedikit Jadi Kenyataan?

Daya tarik minggu kerja yang lebih singkat memang sulit ditolak. Studi berulang kali menunjukkan pemangkasan hari kerja menjadi empat atau kurang bisa meningkatkan kebahagiaan dan produktivitas karyawan. Uji coba besar di Inggris bahkan menemukan 86% perusahaan yang mencobanya tetap menerapkannya karena manfaatnya nyata.

Namun, kenyataannya, kebanyakan orang merasa AI saat ini belum benar-benar mengurangi beban kerja harian mereka. Teknologi ini lebih banyak dipakai untuk tugas kreatif seperti menulis atau membuat desain—pekerjaan yang masih membutuhkan imajinasi dan inovasi manusia. 

Uniknya, model AI yang menangani pekerjaan kreatif ini justru menuai kritik karena banyak dilatih menggunakan karya berhak cipta atau bahkan karya curian, memicu perdebatan etika.

Ada juga kendala lain yang jarang dibicarakan: jejak lingkungan AI yang sangat besar. Melatih dan menjalankan model AI canggih memerlukan listrik dan air dalam jumlah besar. Perusahaan seperti Microsoft bahkan kesulitan memenuhi target iklim karena ambisi mengembangkan AI. Hal ini menimbulkan pertanyaan mendesak tentang bagaimana menyeimbangkan kemajuan teknologi dengan keberlanjutan.

Tonton: Hadiah Buat Bill Gates

Gates juga menyinggung potensi solusi iklim terobosan dari AI di masa depan, meski hal itu masih spekulatif. Yang jelas, memprediksi dampak penuh AI terhadap pekerjaan, masyarakat, dan lingkungan bukanlah perkara mudah. Visi optimistis Gates hanyalah salah satu skenario yang mungkin terjadi.

Selanjutnya: Transaksi BEI Ramai, Simak Catatan Bursa Selama Pekan Lalu

Menarik Dibaca: Transaksi BEI Ramai, Simak Catatan Bursa Selama Pekan Lalu




TERBARU

[X]
×