CLOSE [X]
kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.406.000   -6.000   -0,25%
  • USD/IDR 16.621   -24,00   -0,14%
  • IDX 8.612   -5,26   -0,06%
  • KOMPAS100 1.185   -4,75   -0,40%
  • LQ45 849   -5,56   -0,65%
  • ISSI 307   1,40   0,46%
  • IDX30 438   -1,12   -0,26%
  • IDXHIDIV20 508   -0,68   -0,13%
  • IDX80 132   -0,67   -0,50%
  • IDXV30 139   -0,07   -0,05%
  • IDXQ30 139   -0,10   -0,07%

Strategi Arab Saudi: Proyeksikan Defisit Disengaja US$ 44 Miliar dalam Anggaran 2026


Kamis, 04 Desember 2025 / 07:52 WIB
Strategi Arab Saudi: Proyeksikan Defisit Disengaja US$ 44 Miliar dalam Anggaran 2026
ILUSTRASI. Arab Saudi merilis anggaran tahun 2026 pada hari Selasa (2/12/2025), yakni dengan memproyeksikan defisit sebesar 165 miliar riyal (sekitar US$ 44 miliar).


Reporter: Barratut Taqiyyah Rafie | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - Arab Saudi merilis anggaran tahun 2026 pada hari Selasa (2/12/2025), yakni dengan memproyeksikan defisit sebesar 165 miliar riyal (sekitar US$ 44 miliar). Proyeksi ini muncul saat Kerajaan tersebut terus menjalankan program pengeluaran ambisius demi mendiversifikasi ekonominya yang sangat bergantung pada minyak.

Melansir The Arab Weekly, negara dengan perekonomian terbesar di dunia Arab ini sedang gencar berupaya memangkas ketergantungannya pada pendapatan minyak. Para pejabat mengucurkan miliaran dolar ke dalam berbagai proyek untuk menarik investasi dan pariwisata.

Sebagai eksportir minyak utama dunia, Arab Saudi telah mencapai lebih dari separuh jalan dari cetak biru transformasi ekonomi mereka, Visi 2030. Strategi ini, yang diperkenalkan oleh penguasa de facto Putra Mahkota Mohammed bin Salman pada tahun 2016, menuntut ratusan miliar dolar investasi pemerintah untuk melepaskan ekonomi Kerajaan dari ketergantungan pendapatan hidrokarbon.

Menurut anggaran, tahun 2026 akan menandai dimulainya "fase ketiga" dari Visi 2030. Ini mengisyaratkan adanya pergeseran fokus, dari meluncurkan reformasi ekonomi menjadi memaksimalkan dampaknya.

"Putra Mahkota menjelaskan fase baru ini bertujuan untuk mempercepat laju kemajuan dan meningkatkan peluang pertumbuhan untuk mencapai dampak berkelanjutan hingga setelah 2030," lapor kantor berita negara SPA.

Baca Juga: Trump Gelar Razia Imigrasi di New Orleans, Warga Panik dan Aktivitas Kota Melambat

Perubahan fokus ini terjadi saat Riyadh mengarahkan kembali fokus dana kekayaan negara mereka yang bernilai US$ 925 miliar. Dana ini kini lebih fokus beralih dari proyek real estate raksasa yang tertunda, menuju sektor-sektor termasuk logistik, mineral, kecerdasan buatan (AI), dan pariwisata religi.

Untuk membantu mencapai tujuan tersebut, Kementerian Keuangan menyatakan bahwa anggaran umum negara untuk tahun 2026 akan memiliki total pengeluaran sebesar 1,313 triliun riyal (US$ 350,1 miliar) dan total pendapatan sebesar 1,147 triliun riyal (US$ 305,8 miliar).

Defisit yang diproyeksikan ini berjumlah 3,3% dari PDB, yang lebih rendah dari defisit yang diperkirakan untuk tahun 2025, yaitu 245 miliar riyal (setara dengan 5,3% PDB). Kementerian juga meramalkan bahwa ekonomi akan tumbuh sebesar 4,6% pada tahun 2026.

Menteri Keuangan Kerajaan, Mohammed al-Jadaan, membela rencana fiskal terbaru pemerintah menjelang persetujuan resmi anggaran tersebut.

"Tingkat defisit saat ini adalah pilihan kebijakan," kata menteri pada konferensi pers sebelum publikasi anggaran.

Dia menambahkan, "Kami perlu berinvestasi dalam ekonomi kami, dan selama imbal hasil dari investasi ini lebih tinggi daripada biaya utang, kami akan melanjutkan dorongan itu."

Jadaan mengatakan kepada Reuters bahwa, "Tingkat pengeluaran kami dalam tiga siklus anggaran terakhir konsisten, tetapi sekarang ini tentang apa yang kami belanjakan, bukan seberapa banyak kami membelanjakan."

Baca Juga: Ekonomi Australia Tumbuh Moderat di Kuartal Ketiga


Video Terkait



TERBARU

[X]
×