kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.916.000   -27.000   -1,39%
  • USD/IDR 16.830   -10,00   -0,06%
  • IDX 6.400   -41,63   -0,65%
  • KOMPAS100 918   -5,59   -0,61%
  • LQ45 717   -5,96   -0,82%
  • ISSI 202   0,24   0,12%
  • IDX30 374   -3,30   -0,87%
  • IDXHIDIV20 454   -4,95   -1,08%
  • IDX80 104   -0,73   -0,70%
  • IDXV30 110   -1,18   -1,06%
  • IDXQ30 123   -1,18   -0,95%

Tarif Dibalas Tarif, AS-China Makin Panas


Sabtu, 12 April 2025 / 00:05 WIB
Tarif Dibalas Tarif, AS-China Makin Panas
ILUSTRASI. U.S. and Chinese flags and a 'tariffs' label are seen in this illustration taken April 10, 2025. REUTERS/Dado Ruvic/Illustration


Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - BEIJING/WASHINGTON/LONDON. China menaikkan tarif impor produk asal Amerika Serikat (AS) hingga 125% pada Jumat (11/4), sebagai respons atas keputusan Presiden AS Donald Trump yang lebih dulu menaikkan bea masuk barang asal Negeri Tirai Bambu.

Langkah ini memperparah eskalasi perang dagang antara dua ekonomi terbesar dunia yang berisiko mengguncang rantai pasok global.

Tindakan balasan dari Beijing memperdalam gejolak ekonomi akibat kebijakan tarif Trump, yang telah mengguncang pasar keuangan global dan membuat banyak pemimpin dunia kebingungan mencari cara merespons gangguan terbesar terhadap tatanan perdagangan internasional dalam beberapa dekade terakhir.

Baca Juga: Harley-Davidson Jadi Rebutan di Prancis, Perang Dagang Bikin Panik

Bursa saham AS dibuka melemah. Indeks Dow Jones turun 100,2 poin, sementara S&P 500 kehilangan 12,5 poin pada awal perdagangan.

"Risiko resesi sekarang jauh lebih tinggi dibandingkan dua pekan lalu," kata Adam Hetts, Kepala Multi-Asset Global di Janus Henderson.

Pemerintahan AS tetap kukuh pada kebijakan tarifnya. Gedung Putih menyebut tengah menjajaki sejumlah perjanjian dagang baru yang diklaim akan membenarkan perubahan kebijakan perdagangan tersebut.

“Kami sangat baik-baik saja dengan KEBIJAKAN TARIF kami. Sangat menggairahkan untuk Amerika, dan Dunia!!! Semuanya berjalan cepat,” tulis Trump di media sosial pada Jumat.

Namun para analis memperingatkan bahwa aksi balas-membalas tarif antara AS dan China bisa membuat perdagangan barang antar kedua negara nyaris mustahil.

Pada 2024, nilai perdagangan barang antara AS dan China mencapai lebih dari US$650 miliar.

Aksi jual juga terjadi di pasar obligasi pemerintah AS, sementara emas — yang sering dianggap sebagai aset aman — melonjak ke level tertinggi sepanjang masa. Nilai dolar pun tergelincir.

Baca Juga: Imbal Hasil Obligasi AS 10 Tahun Menuju Kenaikan Mingguan Tertinggi Sejak 1981

Perang Tarif Kian Dalam

Setelah awal pekan ini memberikan jeda tarif selama 90 hari untuk puluhan negara, Trump justru meningkatkan tarif untuk barang impor asal China hingga 145%.

China tak tinggal diam. Kementerian Keuangan menyebut tarif baru Trump sebagai "tindakan sepihak yang bersifat mem-bully dan memaksa."

Beijing juga menegaskan ini mungkin menjadi terakhir kalinya mereka membalas dengan cara yang sama, namun tidak menutup kemungkinan membalas dalam bentuk lain.

"Jika AS benar-benar ingin bernegosiasi, maka harus berhenti bersikap sewenang-wenang dan merusak," tulis Juru Bicara Kedutaan Besar China di AS, Liu Pengyu, di media sosial.

Baca Juga: Orang Kaya Indonesia Dikabarkan Pindahkan Kekayaan ke Luar Negeri, Ini Pemicunya

"Demi kesejahteraan rakyat China dan dunia, serta keadilan dalam tatanan global, China tidak akan pernah tunduk pada tekanan maksimum dari AS."

Analis UBS menyebut pernyataan China yang tak akan membalas tarif selanjutnya sebagai "pengakuan bahwa perdagangan antar kedua negara telah nyaris sepenuhnya terputus."

Perwakilan Dagang AS, Jamieson Greer, menyebut balasan China tidak mengejutkan, namun tetap disayangkan.

Trump sendiri menyatakan keyakinannya akan tercapainya kesepakatan dengan China, dan menyebut dirinya menghormati Presiden China Xi Jinping. Dalam pernyataan publik pertamanya terkait tarif Trump, Xi menyindir kebijakan tersebut saat bertemu PM Spanyol Pedro Sanchez, seraya mengajak Uni Eropa menolak tindakan sepihak AS.

Sebagai bagian dari upaya menjalin kembali hubungan dengan Eropa, China menandatangani dua protokol dagang pertanian dengan Spanyol, termasuk untuk ekspor daging babi dan ceri.

Negosiasi Berlanjut

Pemerintahan Trump mengabaikan gejolak pasar dan menyatakan bahwa kesepakatan dagang baru dengan negara lain akan menciptakan kepastian baru.

Perwakilan Dagang AS Jamieson Greer mengatakan dirinya akan berbicara dengan perwakilan Israel dan Taiwan terkait tarif, usai diskusi panjang dengan perwakilan Vietnam.

Baca Juga: Harga Emas Tembus US$3.200 Jumat (11/4), Dolar Lesu di Tengah Panas Perang Dagang

"Ada banyak dokumen yang sedang kami bahas saat negara-negara mengajukan proposal agar bisa berdagang secara lebih resiprokal dengan AS," ujarnya dalam wawancara dengan Fox News.

India dan AS disebut telah menyepakati kerangka awal untuk kesepakatan dagang bilateral, sementara PM Jepang Shigeru Ishiba membentuk satuan tugas dagang yang direncanakan akan mengunjungi Washington pekan depan.

Vietnam, menurut laporan Reuters, siap menindak pengiriman barang China yang dialihkan lewat wilayahnya agar lolos dari tarif AS.

Masa Tenang yang Rapuh

Namun semua ini belum cukup untuk meredakan kecemasan pelaku usaha atas dampak dari perang dagang dan implementasinya yang kacau: biaya yang melonjak, pesanan yang menurun, dan rantai pasok yang terhambat.

Bagi pelaku usaha Eropa, penguatan euro membuat produk mereka makin tak kompetitif di pasar global. Nilai tukar euro terhadap dolar naik ke level tertinggi dalam lebih dari tiga tahun pada Jumat.

Presiden Prancis Emmanuel Macron menyebut jeda 90 hari dari tarif Trump sebagai "masa tenang yang rapuh," karena masih menciptakan ketidakpastian bagi pelaku usaha di kedua sisi Atlantik.

Baca Juga: Inflasi Produsen AS Mereda Sebelum Ledakan Tarif Impor

Menteri keuangan negara-negara Uni Eropa bertemu pada Jumat untuk memanfaatkan jeda ini demi menyusun strategi negosiasi dengan AS.

Komisioner Perdagangan Eropa Maros Sefcovic dijadwalkan bertemu pejabat AS di Washington pada Senin mendatang.

Ke depan, perhatian pasar juga tertuju pada bagaimana kekacauan tarif ini akan memengaruhi arah kebijakan suku bunga, terutama menjelang rapat Bank Sentral Eropa pekan depan.

Laporan keuangan korporasi juga akan mulai dirilis dalam beberapa hari ke depan, dengan ekspektasi akan banyak peringatan laba (profit warning).



TERBARU

[X]
×