Sumber: The Motley Fool | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - Meskipun pasar saham sempat mengalami gejolak di awal tahun, sebagian besar tahun 2025 justru menunjukkan performa yang kuat. Indeks S&P 500 naik lebih dari 14% sejauh ini, dan telah melonjak hingga 35% sejak titik terendah di bulan April.
Namun, pertumbuhan tanpa kendali bukan selalu pertanda baik. Beberapa investor khawatir saat ini pasar saham sedang berada di fase bubble (gelembung harga) yang bisa pecah kapan saja.
Mengutip The Motley Fool, Warren Buffett memperingatkan hal ini melalui indikator yang dikenal sebagai “Buffett Indicator” dan menilai para investor bisa saja sedang “bermain api.”
Buffett Indicator berada di wilayah berisiko
Buffett Indicator adalah rasio antara nilai total pasar saham AS dan Produk Domestik Bruto (PDB), yang dipopulerkan Buffett sejak ia menggunakan metrik ini untuk memprediksi pecahnya dot-com bubble di akhir 1990-an.
Dalam wawancara dengan Fortune pada tahun 2001, Buffett menjelaskan:
“Pesan dari grafik itu sederhana: jika rasio turun ke 70%-80%, membeli saham kemungkinan akan memberikan hasil bagus. Tapi kalau rasio mendekati 200% — seperti tahun 1999 dan awal 2000 — artinya Anda sedang bermain api.”
Per Oktober 2025, rasio tersebut mencapai sekitar 220%, lebih tinggi dari puncaknya di 2021 yang sekitar 193%. Tak lama setelah itu, pasar saham jatuh ke bear market hampir setahun.
Baca Juga: Warren Buffett Tak Akan Suka Data Ini: S&P 500 Kalah 88% dari Bitcoin
Walau begitu, angka ini tidak berarti krisis pasti datang. Tidak ada indikator pasar yang benar-benar akurat. Buffett Indicator juga makin sulit diandalkan seiring meningkatnya valuasi perusahaan dari waktu ke waktu.
Bagaimana melindungi investasi dari potensi koreksi pasar?
Apakah pasar akan turun dalam waktu dekat atau tidak, pada akhirnya fase itu pasti datang. Kabar baiknya, ada beberapa langkah sederhana untuk melindungi portofolio Anda:
1. Simpan sebagian uang tunai
Pastikan punya dana darurat untuk menutup biaya hidup 3–6 bulan. Ini penting agar Anda tidak perlu menjual saham saat harga jatuh.
2. Fokus pada jangka panjang
Buffett pernah menulis di The New York Times tahun 2008:
“Beberapa investor justru rugi karena membeli saham hanya saat merasa nyaman, lalu menjualnya ketika panik membaca berita buruk.”
Baca Juga: Warren Buffett Tekankan Pentingnya Pilih Kualitas Ketimbang Harga Murah
Artinya, kunci sukses investasi ada pada kesabaran jangka panjang.
3. Pilih saham dengan fundamental kuat
Pastikan portofolio Anda diisi saham dari perusahaan yang sehat, punya keunggulan kompetitif, dan rencana bisnis jangka panjang. Saham-saham seperti inilah yang biasanya tahan badai saat resesi.
Kesimpulannya, meskipun Buffett Indicator menandakan potensi “gelembung,” tak ada yang tahu pasti apa yang akan terjadi. Yang bisa dilakukan investor adalah tetap tenang dan menyiapkan strategi dengan bijak.
Jangan terlena di tengah euforia
Kenaikan tajam pasar saham AS bisa dijadikan sinyal awal bagi volatilitas di pasar global, termasuk Indonesia.
Jika Buffett Indicator benar menandakan overvaluasi, investor lokal perlu waspada terhadap potensi capital outflow dan tekanan di IHSG.
Tonton: Warren Buffett Ubah Haluan ke Emas, Robert Kiyosaki Ingatkan Krisis Pasar
Pesan Buffett mungkin sederhana, tapi relevan untuk siapa pun — termasuk investor Indonesia: jangan terlena di tengah euforia pasar, karena kadang saat paling tenang justru sebelum badai datang.”