kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,52%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Iran tolak mentah-mentah gagasan terbaru Trump dalam sengketa nuklir


Kamis, 16 Januari 2020 / 06:37 WIB
Iran tolak mentah-mentah gagasan terbaru Trump dalam sengketa nuklir
ILUSTRASI. Presiden Iran Hassan Rouhani berbicara saat rapat kabinet di Teheran pada 15 Januari 2020. (Dok. REUTERS)


Sumber: Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - DUBAI. Presiden Iran Hassan Rouhani menolak proposal "kesepakatan Trump" (Trump deal) baru yang bertujuan menyelesaikan perselisihan nuklir. Rouhani mengatakan itu adalah tawaran "aneh" dan mengkritik Presiden AS Donald Trump karena selalu melanggar janji.

Perdana Menteri Inggris Boris Johnson, yang memuji Trump sebagai pembuat kesepakatan yang hebat, menyerukan pada hari Selasa agar presiden mengganti perjanjian nuklir Iran tahun 2015 dengan negara-negara besar dengan pakta barunya sendiri untuk memastikan Teheran tidak mendapatkan senjata atom.

Baca Juga: Panaskan suasana, Presiden Iran ingatkan pasukan asing di Timur Tengah dalam bahaya

Trump mengatakan dia setuju dengan Johnson bahwa "kesepakatan Trump" harus menggantikan kesepakatan nuklir Iran. Dalam pidato yang disiarkan televisi, Rouhani mengatakan kepada Washington untuk kembali ke pakta nuklir, yang diabaikan Washington pada 2018, di mana Teheran mengekang kerja nuklirnya dengan imbalan pencabutan sanksi internasional terhadap Iran.

Sejak keluar dari perjanjian, Washington telah menerapkan kembali sanksi untuk membatasi ekspor minyak Iran sebagai bagian dari kebijakan "tekanan maksimum".

Amerika Serikat mengatakan tujuannya adalah memaksa Teheran untuk menyetujui kesepakatan yang lebih luas yang membatasi kerja nuklirnya, membatasi program rudal balistiknya dan mengakhiri perang proksi regionalnya. Iran mengatakan tidak akan bernegosiasi selama sanksi tetap ada.

Baca Juga: Gelombang protes di Iran membesar, ajakan turun ke jalan di media sosial membahana

Teheran secara bertahap telah mengambil langkah-langkah sehingga mengurangi kepatuhannya terhadap perjanjian itu. Kondisi tersebut yang mendorong Inggris, Prancis dan Jerman menuduhnya secara resmi melanggar kesepakatan pada hari Selasa lalu.

"Tuan Perdana Menteri yang di London ini, saya tidak tahu bagaimana pendapatnya. Dia mengatakan mari kita mengesampingkan kesepakatan nuklir dan meletakkan rencana Trump dalam tindakan," kata Rouhani.

Baca Juga: Video terbaru menunjukkan ada dua rudal Iran yang menabrak pesawat Ukraina

"Jika Anda mengambil langkah yang salah, itu akan merugikan Anda. Pilih jalan yang benar. Jalan yang benar adalah kembali ke kesepakatan nuklir."

Iran membantah niat untuk memperoleh senjata nuklir dan mengatakan pelanggaran perjanjian itu akan dibatalkan jika Washington mencabut sanksi. "Semua kegiatan kami berada di bawah pengawasan Badan Energi Atom Internasional (IAEA)," kata Rouhani.

Tidak mati

Menteri Luar Negeri Mohammad Javad Zarif mengatakan kepada Reuters bahwa kesepakatan itu masih hidup: "Tidak, itu tidak mati. Itu belum mati, "kata Zarif di sela-sela konferensi di New Delhi.

Namun dia mengatakan pada konferensi itu bahwa penarikan Trump dari kesepakatan sebelumnya membuat negosiasi baru dengan Washington sia-sia: “Saya memiliki kesepakatan AS dan AS melanggarnya. Jika saya memiliki kesepakatan Trump, berapa lama itu akan bertahan?"

Dalam langkah terbesarnya dari perjanjian tersebut, Iran mengumumkan pada 5 Januari bahwa mereka akan meninggalkan semua batasan untuk memperkaya uranium yang tercantum dalam pakta tersebut.

Baca Juga: Iran menangkap orang yang merekam cuplikan meledaknya pesawat Ukraina

Inggris, Prancis, dan Jerman bereaksi dengan mengaktifkan mekanisme perselisihan dalam kesepakatan pada hari Selasa, yang pada akhirnya dapat menyebabkan penerapan kembali sanksi-sanksi AS. Iran menyebut langkah ini sebagai "kesalahan strategis".

Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin mengatakan Washington sekarang tengah mempersiapkan sanksi AS kepada Iran sebagai hasil dari langkah Eropa. Negara-negara Eropa mengatakan itu bukan tujuan mereka.

Gejolak dalam diplomasi nuklir terjadi ketika konfrontasi militer antara Washington dan Teheran juga telah mencapai puncak baru.

Baca Juga: Biar Iran tak punya senjata nuklir, PM Inggris minta Trump ganti perjanjian nuklir

Amerika Serikat membunuh seorang jenderal Iran dalam serangan pesawat tak berawak di Baghdad pada 3 Januari. Teheran menanggapi sepekan lalu dengan meluncurkan rudal ke sejumlah sasaran AS di Irak. Tidak ada warga Amerika yang terluka, tetapi beberapa jam kemudian Iran menembak jatuh sebuah pesawat Ukraina dalam apa yang oleh pihak berwenang diakui sebagai kesalahan tragis, memicu protes anti-pemerintah di dalam negeri.

Selain itu, Rouhani kembali mengulangi pernyataan lama Iran bahwa perdamaian hanya bisa tercipta di Timur Tengah jika Amerika Serikat mundur dari kawasan tersebut.

Baca Juga: Iran tangkap sejumlah orang yang terlibat dalam penembakan pesawat Ukraina

"Tentara Amerika tidak aman di wilayah ini ... Kami tidak ingin ada rasa tidak aman di dunia. Kami ingin Anda pergi dari sini, tetapi tidak dengan perang. Kami ingin Anda meninggalkan kawasan secara cerdas dan itu menguntungkan Anda," kata Rouhani.




TERBARU
Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×