kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.508.000   10.000   0,67%
  • USD/IDR 15.930   -61,00   -0,38%
  • IDX 7.141   -39,42   -0,55%
  • KOMPAS100 1.095   -7,91   -0,72%
  • LQ45 866   -8,90   -1,02%
  • ISSI 220   0,44   0,20%
  • IDX30 443   -4,74   -1,06%
  • IDXHIDIV20 534   -3,94   -0,73%
  • IDX80 126   -0,93   -0,74%
  • IDXV30 134   -0,98   -0,72%
  • IDXQ30 148   -1,09   -0,73%

Perlahan, China pulihkan citra dari penyebar wabah ke penyelamat musibah


Sabtu, 21 Maret 2020 / 12:26 WIB
Perlahan, China pulihkan citra dari penyebar wabah ke penyelamat musibah
ILUSTRASI. Presiden China Xi Jinping belajar tentang operasional rumahsakit, perawatan pasien, perlindungan bagi pekerja medis, dan penelitian ilmiah di Rumahsakit Huoshenshan di Wuhan, pusat penyebaran wabah virus corona baru, Provinsi Hubei, Tiongkok, 10 Maret 202


Reporter: kompas.com | Editor: S.S. Kurniawan

KONTAN.CO.ID - China secara perlahan memulihkan citranya. Dari negara yang mendapat cap sebagai pusat wabah virus corona baru, kini menjadi negara yang memberi bantuan ke dunia.

Jutaan masker wajah, pinjaman berbunga rendah, dan tim ahli medis, China kirim ke negara-negara lain. Ibarat seseorang yang telah melakukan kesalahan fatal, Beijing mencoba menebus kesalahannya dengan kebaikan berlipat ganda.

Melansir Kompas.com yang mengutip AFP, China telah menghujani negara-negara Eropa yang sedang berjuang melawan virus corona dengan beragam bantuan. Tentu, ini juga menjadi bagian dari diplomasi negeri tembok raksasa.

Dalam beberapa pekan terakhir, Tiongkok menyumbangkan ratusan ribu masker bedah serta alat tes ke Filipina dan Pakistan. Sejumlah tim medis juga mereka kirim ke Iran dan Irak, lalu memperpanjang masa peminjaman US$ 500 juta ke Sri Lanka.

Baca Juga: Harapan dari Wuhan bagi dunia, situasi yang paling parah bisa berbalik

Wabah virus corona pertama kali muncul di Kota Wuhan, China, pada akhir Desember 2019. China pun sempat kelabakan dengan terus meningkatnya jumlah kasus dan ribuan korban berjatuhan.

Lalu, kondisinya sekarang berbeda. Beijing mengatakan, telah menghentikan penyebarannya, terbukti dengan data pada Jumat (20/3) yang menunjukkan nol kasus domestik baru virus corona.

Tapi, di belahan dunia lainnya, negara-negara sedang berjuang ekstra keras untuk mengatasi pandemi ini. China pun mencoba membantunya dengan mengirim masker, persediaan medis, dan para ahli. 

Semudah itukah China membalikkan citranya? Tentu tidak, karena baru-baru ini mereka harus terlibat adu mulut dengan Amerika Serikat (AS). 

Baca Juga: Ini kunci Jerman tangani virus corona sehingga angka kematian rendah

Presiden AS Donald Trump berulang kali menyebut virus corona sebagai "virus China". Trump juga menuduh China kurang memberi informasi secara transparan, yang berakibat jumlah kasus virus corona kini mencapai 240.000 di seluruh dunia. 

Dalam konferensi pers, Kamis (19/3/2020), orang nomor satu di negeri uak Sam tersebut menyatakan, "dunia harus membayar mahal". 

Tak pelak, kalimat yang terlontar dari mulut Trump langsung memantik api pertikaian. Kementerian Luar Negeri China membalasnya pada Jumat (20/3), dengan mengatakan, AS berusaha "mengalihkan kesalahan" atas pandemi ini. 

Para analis menyebutkan, pertikaian ini membuat China mempunyai keuntungan untuk memosisikan dirinya sebagai pemimpin global alternatif, ketika AS sedang berjuang melawan virus corona di wilayahnya. 

Baca Juga: Kisah warga New York dan California masuki fase baru krisis corona

"Sekarang dengan Pemerintah AS yang dipimpin Trump gagal memberi respons internasional yang bermakna, dan Uni Eropa sibuk dengan respons nasionalnya, China punya kesempatan mengisi tempat yang kosong," kata Marina Rudyak, pakar bantuan luar negeri China di Universitas Heidelberg, Jerman. 

Dengan melakukan pendekatan ini, China mencoba untuk menulis ulang narasi Covid-19, dan menangkis kritik yang mengarah ke transparansi informasi wabah. "Kini, China menjelma jadi penyelamat negara-negara lain, yang entah menunda respons atau kurang siap daripada China," ujar Rudyak seperti dikutip Kompas.com dari AFP. 

Presiden China Xi Jinping telah menjanjikan bantuan pada Italia dan Spanyol, dua negara di Eropa dengan dampak terparah akibat virus corona. 

Kantor Berita Xinhua melaporkan, Xi telah berbicara dengan Perdana Menteri Italia dan Spanyol melalui penggilan telepon. 

Baca Juga: Duh, kasus virus corona impor China bertambah 41 dalam 24 jam terakhir

Uni Eropa "bersyukur" 

Dua tim medis telah China kirim ke Italia sebagai perwujudan solidaritas tingkat tinggi dengan mitra Uni Eropa. Presiden Komisi Uni Eropa Ursula von der Leyen mengatakan di Twitter pekan ini, China akan "segera" mengirim dua juta masker ke Eropa. 

Ursula juga mengucapkan terima kasih kepada Perdana Menteri China Li Keqiang. Dia mengungkapkan, Uni Eropa telah membantu China pada Januari dengan menyumbangkan peralatan. "Kali ini kami yang berterima kasih atas dukungan China," tulisnya di Twitter. 

Negara Eropa lainnya yang China kirim bantuan adalah Serbia, setelah mereka melayangkan permohonan bantuan.

"Ternyata tanpa Anda ( China), Eropa sangat sulit mempertahankan diri," kata Presiden Serbia, Aleksandar Vucic, kepada Duta Besar Beijing ketika alat tes virus dari China tiba. Vucic menyebutkan, Serbia telah menunggu "saudara-saudaranya dari China". 

Baca Juga: Pandemi virus corona, Brasil pangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi jadi 0%

Kemudian, Xinhua mengabarkan, bantuan lebih banyak, termasuk dokter dari China, akan tiba di Serbia dalam beberapa hari mendatang. Sekutu politik lainnya yang telah China dukung atau bantu adalah negara-negara Afrika. 

Sementara Jack Ma, orang terkaya di China, menyumbangkan dua juta masker untuk didistribusikan ke seluruh Eropa. Barangnya sudah tiba di Belgia, Spanyol, dan Italia. Satu juta masker lainnya menuju Perancis, yang China kirim pada Rabu (18/3) lalu. 

Strategi yang China jalankan ini tampaknya berhasil memikat hati negara-negara Eropa. "Ada berbagai pendapat yang muncul di Eropa. Kebanyakan orang melihat China bertanggung jawab atas krisis global ini," kata Joerg Wutke, Presiden Kerja Sama Dagang Uni Eropa di China. 

"Tetapi, bantuan kemanusiaan yang murah hati dari China mungkin akan mengayunkan opini publik di Eropa untuk lebih mendukung China," imbuhnya.

Baca Juga: Singapura laporkan dua kematian pertama virus corona, satu pasien adalah WNI

Penulis: Aditya Jaya Iswara

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Perlahan, China Berubah dari Penyebar Wabah ke Penyelamat Musibah"



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×