Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - Bursa saham Asia bergerak hati-hati pada Senin (8/12/2025) seiring investor semakin yakin bahwa Federal Reserve akan memangkas suku bunga pekan ini.
Namun, rapat kali ini diperkirakan menjadi salah satu yang paling sarat perbedaan pandangan, dengan sejumlah pejabat The Fed yang secara terbuka menolak pemangkasan.
Pasar saat ini memperhitungkan peluang sekitar 85% untuk pemangkasan 25 basis poin dari kisaran suku bunga acuan 3,75%–4,0%. Keputusan untuk menahan suku bunga dianggap akan menjadi kejutan besar.
Baca Juga: Dolar AS Menguat Tipis Senin (8/12) Pagi, Menjelang Pertemuan The Fed
Survei Reuters terhadap 108 analis menemukan hanya 19 analis yang memperkirakan The Fed tidak mengubah kebijakan, sementara mayoritas menilai akan ada pemangkasan.
“Kami memperkirakan setidaknya dua suara dissent yang menolak pemangkasan, dan hanya mayoritas tipis dari 19 peserta FOMC yang menyatakan pemangkasan Desember sebagai langkah yang tepat,” tulis Michael Feroli, Head of U.S. Economics JPMorgan.
FOMC belum pernah mencatat lebih dari tiga dissent dalam satu rapat sejak 2019, dan kondisi seperti itu hanya terjadi sembilan kali sejak 1990.
Feroli juga memperkirakan The Fed akan kembali memangkas suku bunga pada Januari sebagai langkah antisipasi terhadap potensi pelemahan pasar tenaga kerja, sebelum memasuki periode jeda panjang.
Pasar uang saat ini hanya memperkirakan peluang 24% untuk pemangkasan pada Januari, dengan pemangkasan berikutnya belum sepenuhnya diperhitungkan sampai Juli.
Bank sentral Kanada, Swiss, dan Australia juga akan menggelar rapat kebijakan pekan ini dan semuanya diperkirakan menahan suku bunga.
Swiss National Bank mungkin ingin melonggarkan kebijakan untuk menahan penguatan franc, namun suku bunga saat ini sudah 0% sehingga opsi pemangkasan terbatas.
Baca Juga: Robinhood Akuisisi Buana Capital, Buka Pasar Kripto Indonesia
Serangkaian data ekonomi yang kuat membuat pasar menutup peluang pemangkasan oleh Reserve Bank of Australia, bahkan mulai memperhitungkan kenaikan suku bunga pada akhir 2026.
Ekspektasi stimulus The Fed turut menopang pasar saham dalam beberapa pekan terakhir, meski potensi nada hawkish dari The Fed membuat pergerakan pada Senin cenderung berhati-hati. Kontrak berjangka S&P 500 dan Nasdaq bergerak mendatar.
Pekan ini, laporan kinerja Oracle dan Broadcom akan menguji minat investor terhadap saham bertema AI, sementara Costco menjadi indikator penting bagi daya beli konsumen Amerika.
Baca Juga: Merger Netflix dan Warner Bros Picu Monopsoni
Tekanan di Pasar Obligasi
Di Asia, indeks Nikkei Jepang turun 0,3% setelah mencatat kenaikan tipis 0,5% pekan lalu. Saham Korea Selatan juga melemah 0,3%, usai naik 4,4% pekan sebelumnya berkat kepastian tarif ekspor ke AS yang lebih rendah.
Indeks MSCI Asia Pasifik di luar Jepang turun tipis 0,1% pada perdagangan yang relatif sepi.
Saham-saham blue chip China diperkirakan bereaksi terhadap rilis data perdagangan November pada pagi hari, yang akan memberikan gambaran terbaru kondisi ekspor di tengah tekanan tarif.
Di pasar obligasi, imbal hasil Treasury tenor panjang tertekan oleh risiko nada hawkish The Fed, meski pasar memperkirakan adanya pemangkasan.
Kekhawatiran juga muncul terkait kritik Presiden Donald Trump terhadap independensi The Fed, yang dikhawatirkan dapat mendorong suku bunga terlalu rendah dan memicu inflasi jangka panjang.
Baca Juga: Asia Perbesar Porsi Utang dalam Euro
Imbal hasil Treasury 10 tahun naik tipis ke 4,146% pada Senin, setelah menanjak 9 bps pekan lalu.
Penguatan imbal hasil membantu dolar stabil setelah melemah selama dua pekan, dengan indeks dolar bertahan di level 99,013.
Yen berada di posisi 155,37 per dolar, setelah sempat mencapai level terendah tiga pekan di 154,34 pada Jumat.
Euro stabil di US$ 1,1638, sedikit di bawah level tertinggi tujuh pekan di US$ 1,1682.
Emas, Komoditas, dan Minyak
Komoditas tetap ditopang oleh ekspektasi stimulus The Fed. Harga tembaga mencetak rekor tertinggi didorong kekhawatiran pasokan dan permintaan dari pembangunan infrastruktur berbasis AI.
Harga emas berada di US$ 4.202 per ounce, setelah sempat menyentuh US$ 4.259 pada Jumat. Harga perak juga bertahan dekat rekor tertinggi.
Baca Juga: De-Dolarisasi Makin Nyata: China Jadi Raja Baru Pasar Emas Global
Harga minyak menguat tipis seiring ekspektasi pelonggaran suku bunga dan ketidakpastian geopolitik yang berpotensi mengganggu pasokan dari Rusia dan Venezuela.
Minyak Brent naik 0,2% ke US$ 63,85 per barel, sementara minyak West Texas Intermediate (WTI) menguat 0,2% ke US$ 60,18 per barel.













